MusliModerat.net - Pada masa Daulah Umaiyah itu, mimbar-mimbar Jumat berubah menjadi tempat menyerang lawan politik. Para Khalifah Daulah Umaiyah memerintahkan kpd para khatib agar menyampaikan propaganda, caci-maki dan fitnah kpd Ali dan para pendukungnya yg merupakan lawan politik Daulah Umaiyah.
Tapi ketika Umar ibn Abdul Aziz menjadi Khalifah (dari Bani Umaiyaj), beliau gelisah melihat kenyataan itu. Maka ia melarang mimbar Jumat dijadikan tempat dan ajang kampanye politik. Beliau lantas menyisipkan ayat 90 dari surat an-Nahl dalam setiap Khutbah Jumat:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl: 90)
Ibnu Katsir menafsirkan kata al-Baghyu dalam ayat tersebut sebagai permusuhan terhadap umat manusia. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Tidak ada dosa yang paling layak untuk disegerakan Allah siksanya di dunia di samping siksa yang disiapkan untuk pelakunya di akhirat, selain al-baghyu (sikap permusuhan) dan pemutusan silaturahmi.”
Sejak itu surat an Nahl ayat 90 selalu dibaca oleh para Khatib di Khutbah ke dua setiap jum’at sampai sekarang.[aswajanu.id]
Tapi ketika Umar ibn Abdul Aziz menjadi Khalifah (dari Bani Umaiyaj), beliau gelisah melihat kenyataan itu. Maka ia melarang mimbar Jumat dijadikan tempat dan ajang kampanye politik. Beliau lantas menyisipkan ayat 90 dari surat an-Nahl dalam setiap Khutbah Jumat:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl: 90)
Ibnu Katsir menafsirkan kata al-Baghyu dalam ayat tersebut sebagai permusuhan terhadap umat manusia. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Tidak ada dosa yang paling layak untuk disegerakan Allah siksanya di dunia di samping siksa yang disiapkan untuk pelakunya di akhirat, selain al-baghyu (sikap permusuhan) dan pemutusan silaturahmi.”
Sejak itu surat an Nahl ayat 90 selalu dibaca oleh para Khatib di Khutbah ke dua setiap jum’at sampai sekarang.[aswajanu.id]
0 Response to "Khalifah Umar bin Abdul Aziz Larang Khutbah Jumat dijadikan ajang menyerang lawan dan Kampanye Politik"
Posting Komentar