MusliModerat.net - Mengapa umat Islam tampak lebih ‘garang’ kepada Wahhabi dibandingkan kepada Syi’ah, Ahmadiyah, Liberal atau agama-agama lain ?
Oleh : Dafid Fuadi (Direktur Aswaja NU Center Kabupaten Kediri)
Pertanyaan yang cukup menggoda di atas sering kali dilontarkan oleh orang wahhabi dan para simpatisannya di saat kondisi mereka terdesak.
Umat Islam sama sekali tidak mengabaikan bahaya dan kesesatan Syi’ah, Ahmadiyah, Liberalisme, Sekulerisme, Atheisme, Komunisme, aliran2 lain atau agama-agama lain. Tapi ini adalah persoalan skala prioritas dalam penanganan saja.
Tentunya umat Islam ingin agar umat ini bersatu tidak terpecah belah, tapi Allah menguji umat ini dengan berbagai ujian aqidah. Hikmahnya yaitu agar kita selalu mencari ilmu dan memohon keselamatan dan hidayah kepada Nya.
Jika kita teliti secara obyektif, Wahhabi itu lebih provokatif, manipulatif, distorsif dan distruktif dalam menyebarkan kesesatannya. Bahkan tidak jarang mereka mamakai label kemasan “Dakwah Sunnah”, “Dakwah Tauhid”, “Pemurnian Islam”, “Kembali Kepada Qur’an dan Hadits, dan label-label lain yang tentunya tujuannya untuk iklan (baca: manipulasi) agar lebih menarik, sehingga banyak orang tertipu karena sekilas memang tampak benar.
Salah satu penyimpangan Wahhabi dalam aqidah adalah bahwa mereka beraqidah tajism atau tasybih yang dikemas dengan dalil-dalil al Qur’an dan al Hadits yang telah disalah pahami . Sehebat apapun orang dalam beragama Islam, jika dia meyakini bahwa Allah itu berjisim, bertempat, berarah, berukuran dan sebagainya, maka aqidahnya telah rusak. Karena dia telah mentajsimkan Allah dengan makluk-Nya. Hal ini merupakan kemungkaran yang wajib diberantas. Kemungkaran terbesar adalah kemungkaran dalam bidang aqidah, karena bisa menjerumuskan orang kepada kekufuran .
Kemunkaran dalam aqidah ini tidak mudah diketahui oleh setiap orang kecuali dengan bekal ilmu dan hidayah dari Allah.
Sedangkan Aqidah yang benar yang wajib diyakini oleh umat Islam dalam masalah ke-Tuhan-an adalah aqidah tanzih yaitu meyakini bahwa Allah Maha Suci dari keserupaan atau diserupakan dengan makhluk-Nya dan sifat2 makhkuk-Nya. Berdasarkan firman Allah :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (asy Syura : 11)
Surat asy Syura : 11 ini adalah ayat muhkamat yang berisi tuntunan beraqidah secara tanzih. Sehingga semua ayat mutasyabihat yang sering kali disalah pahami oleh orang Wahhabi maka pemahamannya harus mengacu kepada ayat muhkamat tersebut, agar tidak jatuh kepada tajsim atau tasybih.
Scanan kitab berikut ini adalah salah satu bukti bahwa wahhabi itu beraqidah tajism (mujassimah) atau tasybih (musyabbihah). Saya ambilkan dari kitab Ta’liq Alal ‘Aqidah ath Thahawiyah, kitab yang berisi komentar Muhammad Nashiruddin al Albani (wahhabi) atas kitab al ‘Aqidah ath Thahawiyah karya al Imam ath Thahawi. Padahal al Imam ath Thahawi sendiri adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang beraqidah tanzih.
Muhammad Nashiruddin al Albani berkata kitabnya Ta’liq ‘alal ‘Aqidah ath Thahawiyah:
فَهُوَ سُبْحَانَهُ فَوْقَ مَخْلُوقَاتِهِ مُسْتَوٍ عَلَى عَرْشِهِ الْمَجِيْدِ بِذَاتِهِ بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ يَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا وَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَكُلُّ ذَلِكَ عَلَى حَقِيْقَتِهِ وَلاَ نُؤَوِّلُهُ كَمَا لاَ نُؤَوِّلُ الْيَدَ بِالْقُدْرَةِ وَالنُّزُولَ بِنُزُولِ أَمْرِهِ وَغَيرَ ذَلِكَ مِنَ الصِّفَاتِ.
“Maka Allah Subhanahu berada di atas makhluk-Nya, bersemayam di atas ‘arsy-Nya yang mulia dengan Dzat-Nya, berbeda dengan makhluk-Nya, turun setiap malam ke langit dunia, dan datang pada hari kiamat. Semua itu terjadi secara haqiqi (sebenarnya, bukan majaz). Kami tidak mau menakwilnya sebagaimana kami juga tidak mau menakwil kata «tangan» dengan makna kekuasaan, dan kata «turun» dengan makna turun perintahNya begitu juga dengan sifat-sifat yang lain. (Ta’liq ‘Alal ‘Aqidah ath Thahawiyah, hal. 29)
اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَأْهْلَنَا وَأَوْلاَدَنَا وَتَلاَمِيْذَنَا وَأَصْحَابَنَا وَأَحْبَابَنَا وَمُحِبِّيْنَا وَالْمُنْتَسِبِيْنَ إِلَى جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ عَوَامِّهِمْ وَخَوَاصِّهِمْ وَسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ مِنْ فِتَنِ وَضَلاَلاَتِ الْوَهَّابِيَّةِ وَالشِّيْعَةِ وَاْلأَحْمَدِيَّةِ وَاْلإِبَاحِيَّةِ وَاللِّيْبِرَالِيَّةِ وَالْعِلْمَانِيَّةِ وَالشُّيُوعِيَّةِ وَسَائِرِالْأَفْكَارِ و الْفِرَقِ الْمُلْحِدَةِ الْكُفْرِيَّةِ الضَّالَّةِ الْمُضِلَّةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. آمِيْنَ.
Aswajanu.id
Oleh : Dafid Fuadi (Direktur Aswaja NU Center Kabupaten Kediri)
Pertanyaan yang cukup menggoda di atas sering kali dilontarkan oleh orang wahhabi dan para simpatisannya di saat kondisi mereka terdesak.
Umat Islam sama sekali tidak mengabaikan bahaya dan kesesatan Syi’ah, Ahmadiyah, Liberalisme, Sekulerisme, Atheisme, Komunisme, aliran2 lain atau agama-agama lain. Tapi ini adalah persoalan skala prioritas dalam penanganan saja.
Tentunya umat Islam ingin agar umat ini bersatu tidak terpecah belah, tapi Allah menguji umat ini dengan berbagai ujian aqidah. Hikmahnya yaitu agar kita selalu mencari ilmu dan memohon keselamatan dan hidayah kepada Nya.
Jika kita teliti secara obyektif, Wahhabi itu lebih provokatif, manipulatif, distorsif dan distruktif dalam menyebarkan kesesatannya. Bahkan tidak jarang mereka mamakai label kemasan “Dakwah Sunnah”, “Dakwah Tauhid”, “Pemurnian Islam”, “Kembali Kepada Qur’an dan Hadits, dan label-label lain yang tentunya tujuannya untuk iklan (baca: manipulasi) agar lebih menarik, sehingga banyak orang tertipu karena sekilas memang tampak benar.
Salah satu penyimpangan Wahhabi dalam aqidah adalah bahwa mereka beraqidah tajism atau tasybih yang dikemas dengan dalil-dalil al Qur’an dan al Hadits yang telah disalah pahami . Sehebat apapun orang dalam beragama Islam, jika dia meyakini bahwa Allah itu berjisim, bertempat, berarah, berukuran dan sebagainya, maka aqidahnya telah rusak. Karena dia telah mentajsimkan Allah dengan makluk-Nya. Hal ini merupakan kemungkaran yang wajib diberantas. Kemungkaran terbesar adalah kemungkaran dalam bidang aqidah, karena bisa menjerumuskan orang kepada kekufuran .
Kemunkaran dalam aqidah ini tidak mudah diketahui oleh setiap orang kecuali dengan bekal ilmu dan hidayah dari Allah.
Sedangkan Aqidah yang benar yang wajib diyakini oleh umat Islam dalam masalah ke-Tuhan-an adalah aqidah tanzih yaitu meyakini bahwa Allah Maha Suci dari keserupaan atau diserupakan dengan makhluk-Nya dan sifat2 makhkuk-Nya. Berdasarkan firman Allah :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (asy Syura : 11)
Surat asy Syura : 11 ini adalah ayat muhkamat yang berisi tuntunan beraqidah secara tanzih. Sehingga semua ayat mutasyabihat yang sering kali disalah pahami oleh orang Wahhabi maka pemahamannya harus mengacu kepada ayat muhkamat tersebut, agar tidak jatuh kepada tajsim atau tasybih.
Scanan kitab berikut ini adalah salah satu bukti bahwa wahhabi itu beraqidah tajism (mujassimah) atau tasybih (musyabbihah). Saya ambilkan dari kitab Ta’liq Alal ‘Aqidah ath Thahawiyah, kitab yang berisi komentar Muhammad Nashiruddin al Albani (wahhabi) atas kitab al ‘Aqidah ath Thahawiyah karya al Imam ath Thahawi. Padahal al Imam ath Thahawi sendiri adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang beraqidah tanzih.
Muhammad Nashiruddin al Albani berkata kitabnya Ta’liq ‘alal ‘Aqidah ath Thahawiyah:
فَهُوَ سُبْحَانَهُ فَوْقَ مَخْلُوقَاتِهِ مُسْتَوٍ عَلَى عَرْشِهِ الْمَجِيْدِ بِذَاتِهِ بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ يَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا وَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَكُلُّ ذَلِكَ عَلَى حَقِيْقَتِهِ وَلاَ نُؤَوِّلُهُ كَمَا لاَ نُؤَوِّلُ الْيَدَ بِالْقُدْرَةِ وَالنُّزُولَ بِنُزُولِ أَمْرِهِ وَغَيرَ ذَلِكَ مِنَ الصِّفَاتِ.
“Maka Allah Subhanahu berada di atas makhluk-Nya, bersemayam di atas ‘arsy-Nya yang mulia dengan Dzat-Nya, berbeda dengan makhluk-Nya, turun setiap malam ke langit dunia, dan datang pada hari kiamat. Semua itu terjadi secara haqiqi (sebenarnya, bukan majaz). Kami tidak mau menakwilnya sebagaimana kami juga tidak mau menakwil kata «tangan» dengan makna kekuasaan, dan kata «turun» dengan makna turun perintahNya begitu juga dengan sifat-sifat yang lain. (Ta’liq ‘Alal ‘Aqidah ath Thahawiyah, hal. 29)
اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَأْهْلَنَا وَأَوْلاَدَنَا وَتَلاَمِيْذَنَا وَأَصْحَابَنَا وَأَحْبَابَنَا وَمُحِبِّيْنَا وَالْمُنْتَسِبِيْنَ إِلَى جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ عَوَامِّهِمْ وَخَوَاصِّهِمْ وَسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ مِنْ فِتَنِ وَضَلاَلاَتِ الْوَهَّابِيَّةِ وَالشِّيْعَةِ وَاْلأَحْمَدِيَّةِ وَاْلإِبَاحِيَّةِ وَاللِّيْبِرَالِيَّةِ وَالْعِلْمَانِيَّةِ وَالشُّيُوعِيَّةِ وَسَائِرِالْأَفْكَارِ و الْفِرَقِ الْمُلْحِدَةِ الْكُفْرِيَّةِ الضَّالَّةِ الْمُضِلَّةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. آمِيْنَ.
Aswajanu.id
0 Response to "Kenapa Umat Islam Lebih Garang kepada Wahabi Dibandingkan kepada Liberal dan Syiah?"
Posting Komentar