“Dia (Khalid bin Sinan) adalah seorang nabi yang disia-siakan oleh kaumnya.” (HR. al-Hakim no. 4173)
Khalid bin Sinan al-‘Abasi ‘alaihis salam. Nasab beliau adalah Khalid bin Sinan bin Ghaits bin ‘Abasi. Beliau adalah seseorang yang hidup diantara abad ke 1 M hingga diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beberapa riwayat menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi, namun dalam riwayat lain pun dijelaskan bahwa tak ada nabi antara Nabi ‘Isa ‘alaihis salam dengan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka karena hal itu, status kenabian beliau menjadi ikhtilaf diantara para ulama.
Riwayat mengenai beliau tidaklah banyak, kebanyakan berasal dari riwayat oral (lisan ke lisan) dalam budaya Arab. Dalam periwayatan bersanad, maka riwayat yang paling bisa dijadikan pegangan adalah riwayat dari al-Imam al-Hakim rahimahullah. al-Imam Abu ‘Abdillah al-Hakim an-Naisaburi rahimahullah meriwayatkan dalam kitab beliau al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain nomor 4173 (Juz 2 hal. 599, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah).
Abu Bakar bin Ishaq al-Faqih dan Ja'far bin Muhammad al-Khaladi mengabarkan kepada kami, keduanya berkata, Ali bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami, Mu'alla bin Mahdi menceritakan kepada kami, Abu Awanah menceritakan kepada kami dari Abu Yunus, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Abs yang bernama Khalid bin Sinan, dia berkata kepada kaumnya, “Sungguh, aku telah memadamkan dua api kejadian untuk kalian.”
Lalu berkatalah Umarah bin Ziyad (salah seorang kaumnya), “Demi Allah, apa yang kamu katakan kepada kami wahai Khalid selalu benar, ada apa denganmu dan dua kejadian yang kamu katakan sudah memadamkannya itu?"
Dia pun berangkat diaertai Umarah bin Ziyad dengan membawa tiga puluh orang kaumnya hingga akhirnya mereka mendatanginya, sementara api itu keluar dari balik sela gunung, dari sebuah sabana padang pasir yang disebut Asyja'. Khalid kemudian membuat sebuah garis untuk mereka dan menundudukan mereka di dalamnya, lalu dia berkata, “Kalau aku terlambat menemui kalian maka jangan sebut namaku.”
Api itu kemudian keluar bagaikan seekor kuda bule yang saling mengikuti satu sama lain. Khalid lalu menghadapinya dengan tongkatnya sambil berkata, “Membekulah! Membekulah! Membekulah! Semua adalah petunjuk, anak penggembala memastikan bahwa aku tidak akan keluar darinya sementara pakaianku ada di tanganku.”
Akhirnya Khalid memasuki celah gunung bersama api itu dan dia terlambat datang kepada mereka, kemudian berkatalah Umarah bin Ziyad, “Demi Allah, kalau saja teman kalian ini yaitu Khalid masih hidup tentu dia sudah keluar menemui kalian.” Mereka berkata, “Sebutlah namanya!” Yang lain berkata, “Dia telah melarang kita menyebut namanya.” Tapi akhirnya mereka menyebut namanya.
Khalid lalu keluar menemui mereka sambil memegang kepalanya sambil berkata, “Bukankah aku sudah melarang kalian menyebut namaku, demi Allah, kalian sudah membunuhku maka kuburkan aku. Jika ada segerombolan keledai melewati kalian dan salah satunya adalah keledai yang buntung ekornya maka galilah kuburanku karena kalian akan mendapatiku dalam keadaan hidup.”
Mereka lalu menguburkannya dan benar saja ada segerombolan keledai lewat, di antaranya ada keledai yang ekornya buntung. Mereka pun berkata, “Ayo bongkar kuburannya karena dia memerintahkan kepada kita untuk membongkar kuburannya.” Tapi Umarah bin Ziyad malah berkata, “Jangan sampai Mudhar (salah satu nama marga) membuat gosip tentang kita bahwa kita membongkar kuburan orang yang mati diantara kita. Demi Allah, kita tidak akan membongkar kuburannya selama-lamanya.”
Khalid ini juga pernah mengabarkan kepada mereka bahwa dalam blangkin istrinya terdapat dua buah batu bertulis yang bila mereka mengalami kesulitan maka mereka bisa melihat kedua batu itu, maka mereka akan menemukan jawaban dari apa yang mereka tanyakan, tapi Khalid berpesan, “Jangan sampai ada wanita haid yang menyentuhnya.”
Ketika mereka kembali maka mereka menanyakan kepada istrinya, lalu istrinya ini mengeluarkan kedua batu bertulis itu padahal dia sedang haid sehingga hilanglah semua ilmu yang ada pada dua batu itu.”
Dia berkata, Abu Yunus berkata, Simak bin Harb berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang itu maka beliau menjawab:
ذاك نبي أضاعه قومه
“Dia (Khalid bin Sinan) adalah seorang nabi yang disia-siakan oleh kaumnya.”
Abu Yunus berkata, Simak bin Harb berkata, bahwa anak Khalid bin Sinan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda:
مرحبا بابن أخي
“Selamat datang anak saudaraku.”
Diriwayatkan dari Abu al-Ashbagh Abdul Malik bin Nashr, Abu ‘Utsman Sa'id bin Nashr dan Abu ‘Abdillah bin Shalih al-Mu'afiri al-Andalusi rahimahumullah, mereka menyebutkan bahwa antara mereka dengan Qairuwan ada sebuah lautan yang tidak ada satu orang pun pernah mendakinya. Jalannya di laut ada di atas gunung, dan mereka juga melihat di atas puncak gunung itu, di sebuah gua ada seorang laki-laki yang memakai pakaian dari wol putih sedang berbaring, kepalanya ada di atas kedua tangannya sepertinya dia sedang tidur dan tidak ada yang berubah dari dirinya. Orang-orang di sekitar daerah itu mengatakan bahwa itulah Khalid bin Sinan. Wallahu a'lam Riwayat ini sesuai syarat al-Bukhari menurut al-Imam al-Hakim rahimahullah dan disetujui oleh al-Imam adz-Dzahabi rahimahullahdalam Talkhis.
0 Response to "Khalid bin Sinan 'alaihis salam, Seorang Nabi yang Disia-siakan oleh Kaumnya"
Posting Komentar