MusliModerat.net - Salah seorang teman bertanya kepada saya, mengapa pengeboman masjid di Sinai Mesir tidak terlalu viral di Indonesia? Tidak ada gerakan termehek-mehek menggalang donasi ala Save Palestina Suriah atau Rohingya. Tidak ada pula ajakan untuk berangkat ke Mesir untuk berjihad. Tidak ada juga tekanan kepada pemerintah atau Presiden Jokowi untuk melakukan aksi terjun payung menuju Mesir.
Netizen atau alam sosial media kita seolah-olah sunyi sepi. Terlihat hanya segelintir orang saja yang ikut mengutuk dan mengecam tindakan pengeboman terhadap salah satu masjid di Mesir.
Untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut dibutuhkan pemahaman yang cukup. Dan berikut ini beberapa alasan yang menurut saya logis, mengapa tragedi berdarah yang sangat luar biasa, masjid dibom, itu sepi dan seolah-olah tidak dibicarakan.
Pertama, pengebom masjid di Mesir adalah kelompok teroris ISIS atau yang sejenisnya. Kelompok yang menurut sebagian masyarakat kita adalah kelompok pembela Islam, berjuang dan berjihad di jalan Tuhan. Anda boleh tertawa atau mengutuk mereka, boleh tidak percaya, tapi kenyataannya kelompok mereka ini ada di Indonesia. Sementara korban pengeboman, jamaah yang sedang beribadah di masjid Sinai Mesir tersebuat adalah jamaah yang dianggap ahli bid’ah.
Seminggu sebelum pengeboman terjadi, warga setempat sempat mendapat ancaman atau teror, meminta agar ritual yang berkaitan dengan kelompok Sufi dihentikan. Namun kelompok Sufi ini tetap menyambut Maulid Nabi, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Berita heboh dan luar biasa, pengeboman terhadap masjid selayaknya mendapat kecaman yang luar biasa. Namun kalau ada yang bertanya mengapa kenyataannya seolah sepi? Tidak sepanas dan sereaktif tragedi Rohingya, Palestina dan sebagainya? mungkin jawabannya adalah karena korbannya adalah kelompok muslim yang dianggap ahli bid’ah, kelompok yang mereka benci selama ini.
Sementara kelompok muslim di Indonesia yang kerap bereaksi demo, solidaritas, galang dana atau save savan sambil termehek-mehek itu adalah kelompok yang anti bid’ah. Yang dalam masjid-masjid mereka setiap jumat selalu dibuka dengan khutbah “kullu bid’atin dolalah.”
Sehingga tanpa adanya aksi atau reaksi berlebihan di masyarakat, maka pemberitaan terkait pengeboman masjid di Mesir hanya sebatas berita internasional. Ibarat makanan tanpa bumbu. Media tidak bisa memberitakan apa yang terjadi di Indonesia dan mengundang emosi masyarakat luas.
Kedua, faktor Cyber Army. Kita tahu salah satu partai politik yang mengaku sebagai partai Islam memiliki pasukan Cyber. Tidak viralnya atau sepinya bahasan tentang pengeboman terhadap masjid di Mesir bisa karena pasukan Cyber Army mereka tidak digerakkan untuk itu. Ya untuk apa? toh korban yang dibantai adalah kelompok muslim yang mereka benci selama ini.
Ketiga, secara politik, berita pengeboman di masjid Mesir itu tidak terlalu berdampak terhadap kepentingan elektabilitas tokoh maupun partai politik. Karena Mesir adalah negara yang cukup jauh dari Indonesia. Berbeda saat kasus Rohingya, beberapa politisi kita begitu termehek-mehek dan ingin menampung pengungsi serta keluarga korban pembantaian. Sementara kelompok koalisi permanen berandai-andai jika junjungannya yang jadi Presiden, maka dia bisa terjun payung ke Myanmar, untuk menyelamatkan muslim.
Dari tiga faktor atau alasan ini, sebenarnya semua sangat berkaitan. Coba perhatikan salah satu partai politik yang mengaku sebagai partai Islam dan memiliki Cyber Army, mereka adalah kelompok anti bid’ah. Di masjid-masjid mereka, setiap khutbah jumat selalu disinggung mengenai “kullu bid’atin dolalah.” Dan buruknya, partai yang mengaku partai Islam tersebut adalah pendukung permanen dari calon Presiden abadi sepanjang sejarah Indonesia.
Sehingga ketika tragedi pengeboman terhadap masjid, yang seharusnya ditanggapi begitu reaktif dan emosional, kenyataannya sepi tanggapan karena secara politik kejadian ini tidak bisa digunakan untuk menyalah-nyalahkan pemerintah Jokowi.
Jadi sebenarnya kelompok yang kerap bikin gaduh ya kelompok mereka ini. Tanpa mereka, tanpa pernyataan politisi mereka dan tanpa cyber army mereka, berita segenting apapun, bahkan pengeboman terhadap rumah ibadah mereka sendiri pun tidak akan ditanggapi ataupun direspon dengan emosional. Cyber Army mereka tidak jalan karena bensinnya tidak diisi, politisinya tidak ngebacot karena tau tidak akan menaikkan popularitasnya. Begitulah kura-kura.
Dishare dari Alifurahman Asyari
Netizen atau alam sosial media kita seolah-olah sunyi sepi. Terlihat hanya segelintir orang saja yang ikut mengutuk dan mengecam tindakan pengeboman terhadap salah satu masjid di Mesir.
Untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut dibutuhkan pemahaman yang cukup. Dan berikut ini beberapa alasan yang menurut saya logis, mengapa tragedi berdarah yang sangat luar biasa, masjid dibom, itu sepi dan seolah-olah tidak dibicarakan.
Pertama, pengebom masjid di Mesir adalah kelompok teroris ISIS atau yang sejenisnya. Kelompok yang menurut sebagian masyarakat kita adalah kelompok pembela Islam, berjuang dan berjihad di jalan Tuhan. Anda boleh tertawa atau mengutuk mereka, boleh tidak percaya, tapi kenyataannya kelompok mereka ini ada di Indonesia. Sementara korban pengeboman, jamaah yang sedang beribadah di masjid Sinai Mesir tersebuat adalah jamaah yang dianggap ahli bid’ah.
Seminggu sebelum pengeboman terjadi, warga setempat sempat mendapat ancaman atau teror, meminta agar ritual yang berkaitan dengan kelompok Sufi dihentikan. Namun kelompok Sufi ini tetap menyambut Maulid Nabi, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Berita heboh dan luar biasa, pengeboman terhadap masjid selayaknya mendapat kecaman yang luar biasa. Namun kalau ada yang bertanya mengapa kenyataannya seolah sepi? Tidak sepanas dan sereaktif tragedi Rohingya, Palestina dan sebagainya? mungkin jawabannya adalah karena korbannya adalah kelompok muslim yang dianggap ahli bid’ah, kelompok yang mereka benci selama ini.
Sementara kelompok muslim di Indonesia yang kerap bereaksi demo, solidaritas, galang dana atau save savan sambil termehek-mehek itu adalah kelompok yang anti bid’ah. Yang dalam masjid-masjid mereka setiap jumat selalu dibuka dengan khutbah “kullu bid’atin dolalah.”
Sehingga tanpa adanya aksi atau reaksi berlebihan di masyarakat, maka pemberitaan terkait pengeboman masjid di Mesir hanya sebatas berita internasional. Ibarat makanan tanpa bumbu. Media tidak bisa memberitakan apa yang terjadi di Indonesia dan mengundang emosi masyarakat luas.
Kedua, faktor Cyber Army. Kita tahu salah satu partai politik yang mengaku sebagai partai Islam memiliki pasukan Cyber. Tidak viralnya atau sepinya bahasan tentang pengeboman terhadap masjid di Mesir bisa karena pasukan Cyber Army mereka tidak digerakkan untuk itu. Ya untuk apa? toh korban yang dibantai adalah kelompok muslim yang mereka benci selama ini.
Ketiga, secara politik, berita pengeboman di masjid Mesir itu tidak terlalu berdampak terhadap kepentingan elektabilitas tokoh maupun partai politik. Karena Mesir adalah negara yang cukup jauh dari Indonesia. Berbeda saat kasus Rohingya, beberapa politisi kita begitu termehek-mehek dan ingin menampung pengungsi serta keluarga korban pembantaian. Sementara kelompok koalisi permanen berandai-andai jika junjungannya yang jadi Presiden, maka dia bisa terjun payung ke Myanmar, untuk menyelamatkan muslim.
Dari tiga faktor atau alasan ini, sebenarnya semua sangat berkaitan. Coba perhatikan salah satu partai politik yang mengaku sebagai partai Islam dan memiliki Cyber Army, mereka adalah kelompok anti bid’ah. Di masjid-masjid mereka, setiap khutbah jumat selalu disinggung mengenai “kullu bid’atin dolalah.” Dan buruknya, partai yang mengaku partai Islam tersebut adalah pendukung permanen dari calon Presiden abadi sepanjang sejarah Indonesia.
Sehingga ketika tragedi pengeboman terhadap masjid, yang seharusnya ditanggapi begitu reaktif dan emosional, kenyataannya sepi tanggapan karena secara politik kejadian ini tidak bisa digunakan untuk menyalah-nyalahkan pemerintah Jokowi.
Jadi sebenarnya kelompok yang kerap bikin gaduh ya kelompok mereka ini. Tanpa mereka, tanpa pernyataan politisi mereka dan tanpa cyber army mereka, berita segenting apapun, bahkan pengeboman terhadap rumah ibadah mereka sendiri pun tidak akan ditanggapi ataupun direspon dengan emosional. Cyber Army mereka tidak jalan karena bensinnya tidak diisi, politisinya tidak ngebacot karena tau tidak akan menaikkan popularitasnya. Begitulah kura-kura.
Dishare dari Alifurahman Asyari
0 Response to "3 Alasan Kenapa Bom Masjid di Mesir Tidak Viral di Indonesia"
Posting Komentar