Walau Dicaci Simpatisan Radikal, Pemblokiran Telegram Sudah Sangat Tepat

Dishare dari Tulisan Denny Siregar

MusliModerat.net - Di beranda saya muncul caci maki terhadap pemerintah perihal pemblokiran Telegram..
Telegram adalah fasilitas chatting sejenis Whatsapp. Tapi mempunyai kelebihan yang tidak dipunyai whatsapp, salah satunya adalah enkripsi end to end yang membuat pesan hanya bisa dibaca pengirim dan penerima. Inilah fasilitas chatting yang paling aman sementara ini dari "intipan" pihak ketiga.
Saking amannya, maka Telegram menjadi fasilitas chatting favorit para teroris.
Penemu Telegram, Pavel Durov, mengatakan bahwa channel ISIS di Telegram sudah mencapai 9 ribu pengguna. Dia dengan bangga meng-klaim bahwa Telegram melindungi privasi pengguna dengan keamanan tinggi dan keamanan itu juga berlaku untuk teroris.
"Kami tidak merasa bersalah.." Katanya. "Kami melindungi pengguna.."

Karena keamanan itulah maka pada tahun 2016, pengguna Telegram sudah mencapai 100 juta jiwa.
Ini menjadi masalah besar untuk Indonesia. Perang melawan radikalisme dan terorisme di sini menjadi tidak efektif ketika pemerintah tidak bisa memantau kegiatan mereka. Apalagi Telegram tidak punya kantor perwakilan disini, sehingga tidak berkuasa untuk memberikan peringatan kepada Telegram.
Paling efektif adalah blokir aja. Habis perkara..
Telegram tercatat menjadi komando komunikasi pada serangan teroris di Paris, Turki dan St Petersburgh. Bahkan dari sejumlah teroris di Indonesia yang ditangkap, mereka mengaku belajar membuat bom dari channel Telegram.
Jadi, apa yang salah dari pemerintah ? Tidak ada.

Pemerintah memang harus menunjukkan kedaulatan negara dengan tidak memperbolehkan aplikasi apapun beroperasi di sini tanpa seijin pemerintah. Ini juga untuk melindungi warga negara.
Dan ancaman ini juga berlaku tidak hanya untuk Telegram, tetapi Youtube, Facebook dan semua aplikasi media sosial lainnya. "Lu cari makan di Indonesia, ikuti aturan Indonesia.."
Di blokirnya Telegram tentu memperkecil akses teroris untuk berkomunikasi dengan orang-orangnya. Mereka sementara ini terdiam sambil mencari alternatif komunikasi aman lainnya. Dan ini sebuah kemajuan, ketika pemerintah kita menunjukkan taringnya.

Kalau Pavel Durov mengeluh, yah itu biasa. Dia pasti melindungi usahanya. Tapi Pavel tidak pernah memikirkan bagaimana keamanan negara.
Yang saya heran, ya yang mencaci maki tindakan pemerintah itu. Pemerintah berbuat, dicaci. Gak berbuat, dibilang gak perduli..
Mungkin mereka kekurangan ahlak karena segala sesuatu yang baik harus dicaci.
Oh iya, di kampung saya ahlak selain berarti uang juga berarti "akal sehat". Tergantung konteksnya.
Misalnya, "Bang.. pinjem ahlak dong. Aku tongpes nih.."
"Ah, macam mana pula ahlak kau. Aku pun tak berahlak kau mintai aku ahlak pula. Dimana ahlak kau ??"
Bingung kan ? Seruput dulu kalo gitu..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Walau Dicaci Simpatisan Radikal, Pemblokiran Telegram Sudah Sangat Tepat"

Posting Komentar