Penistaan Istilah "Ndeso"

MusliModerat.net - Pelaporan penggunaan kata "ndeso" sebagai penistaan agama itu sungguh menyedihkan.
Itulah perilaku yang betul-betul "ndeso".
Tapi memang tidak aneh.
Jamaah Pemuja Kampak Pusaka Wiro Sableng memang sangat gemar menganggap apa-apa yang tidak mereka setujui sebagai penistaan. Padahal sejatinya mereka sendirilah yang gemar melakukan penistaan.
Dari angka-angka yang diutak-atik dicocok-cocokkan dengan nomor ayat dan surat Al Quran, itu jelas penistaan. Kata-kata kotor makian yang berhamburan dari mulut so-called ulama, itu penistaan terhadap profesi ulama itu sendiri.
Perilaku anarkis yang diatasnamakan agama, itulah penistaan agama yang sebenarnya.
Dan menganggap istilah "ndeso" sebagai penistaan agama itu benar-benar menistakan istilah "ndeso".
"Ndeso" sering berfungsi sebagai ungkapan kekesalan yang halus. Kekecewaan karena misal tidak sinkronnya antara kata dan perbuatan.
Orang bergaya perlente tapi kelakuan tidak baik, itu disebut ndeso. Orang bergaya priyayi tapi tutur katanya kasar, juga disebut ndeso.
Orang bertampang dan berpakaian kumal lantas berperilaku tidak tertib tidak akan disebut ndeso, karena tidak ada kontradiksi, orang akan maklum.
Tapi kalau pakai batik rapi rambut disisir model Pria Brisk lalu perilakunya urakan, pasti akan disebut ndeso.
Seorang preman pasar berkata kasar tidak akan disebut ndeso. Tapi kalau seorang guru atau ustadz berkata kasar tentu akan disebut ndeso.
Seorang anak TK tidak tau sejarah Nasional tidak akan dibilang ndeso. Tapi kalau politisi, guru besar, atau kalangan intelektual gagal paham sejarah, tentu akan disebut ndeso.
Dan sebutan ndeso itu bukan ditujukan ke "kenecisan", "keguruan", "keustadzan" apalagi ke agama dari si pelaku, tapi ke perilaku yang tidak sinkron itu.
Jadi, mari kita dudukkan "ndeso" ke posisi yang sebenarnya, atau kita akan menjadi "ndeso" karenanya.

Dishare dari Ali Ahmadi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penistaan Istilah "Ndeso""

Posting Komentar