Ziarah: Melawan Lupa


Oleh : Ayuria Andini

    "Sungguh aku telah melarang kalian ziarah kubur, dan (sekarang) telah diizinkan kepada Muhammad untuk berziarah ke kubur ibunya, maka ziarah kuburlah kalian, karena ziarah kubur itu dapat mengingatkan kepada akhirat." (HR Muslim [1623], Nasa'i [2005-2006], Abu Dawud [2816/3312], Ahmad [21880/21925]).
   Ziarah dalam Bahasa Indonesia berarti kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan sebagainya). Ziarah telah ada sejak zaman dulu dan terus lestari hingga kini, mulanya Nabi Muhammad melarang ziarah karena takut umatnya akan salah paham atas peristiwa ziarah. Namun, setelah kekhawatiran tersebut tidak terbukti, maka ziarah dianjurkan guna mengingatkan bagi diri kepada kematian.
  Ziarah makam atau tempat mulia tidak hanya ada dalam Islam, agama dan keyakinan lain juga melaksanakan ziarah makam dan memiliki tempat-tempat tertentu untuk diziarahi. Salah satu tujuan ziarah lintas iman adalah Kota Yerusalem, kota ini memiliki arti penting bagi tiga umat sekaligus, Islam, Yahudi, dan Kristen. Tiga umat tersebut memiliki tujuan kota ziarah yang sama walau situs yang dikunjungi berbeda. Yerusalem disebut kota suci, umat Islam pergi ke sana untuk berziarah ke Masjid Al-Aqsa, umat Kristiani berziarah ke Gereja Makam Kudus, dan orang-orang Yahudi berziarah ke tembok Ratapan. Di tengah teriakan anti perbedaan, Kota Yerusalem tetap teguh dengan peziarah yang saling menghargai. 
  Berziarah ke makam sanak saudara, leluhur, dan para wali, telah menjelma tradisi bagi masyarakat Indonesia. Pada masa-masa tertentu, misalnya sebelum Ramadhan, makam akan ramai oleh peziarah. Ziarah-pun dapat diartikan berbagai rupa, sebagai upaya oleh mereka yang masih hidup untuk mengirimkan doa bagi para pendahulunya, membersihkan tempat peristirahatan terakhir leluhurnya, ataupun sekedar upacara pelepas rasa rindu pada orang-orang yang telah meninggal.
    Sabtu, 17 Juni 2017, berangkat bersama dari Kota Malang, penggerak Gusdurian Malang menuju Jombang untuk berziarah ke makam para waliyullah. Ziarah ini merupakan kegiatan penutup Safari damai Ramadhan yang telah dilaksanakan beberapa hari awal bulan Ramdhan tahun ini.
   Gusdurian Malang berziarah ke makam pendiri dan tokoh Nahdlatul Ulama, diawali dengan ziarah ke makam Kiai Haji Bisri Syansuri, pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. Beliau terkenal memiliki penguasaan di bidang fikih agama Islam dan aktif di dunia politik. Selanjutnya rombongan menuju makam Kiai Haji Abdul Wahab, beliau adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan surat kabar “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO. Perjalanan ziarah dilanjutkan ke kompleks Tebu Ireng untuk mengunjungi makam 3 generasi, Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'ari yang dikenal sebagai Hadratus Syeikh  (maha guru), Sang Pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim,  Menteri Negera Urusan Agama dalam kabinet pertama Indonesia, dan Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid, Sang Bapak Ideologi sekaligus Presiden Ke-Empat Republik Indonesia yang akrab disapa Gus Dur.
   Tokoh-tokoh tersebut memiliki banyak kesamaan, di antaranya, mereka merupakan tokoh NU dan penjaga NKRI. Tokoh-tokoh yang mampu menciptakan sejarah besar bagi masa depan. Semasa hidupnya mereka dikenal sebagai ulama yang teduh dan menebarkan dakwah dengan penuh kedamaian. Maka tidak salah jika hingga kini, makamnya senantiasa diziarahi bukan hanya sebagai wujud kecintaan kepada mereka melalui lantunan doa, namun juga usaha mempelajari sejarah bagi mereka yang menghargai jasa para pahlawannya, namun bagi kami segenap penggerak Gusdurian malang dengan ziarah ini bisa semakin mantap dalam bergerak di wilayah kultural etik dengan bergerak menginternalisasi nilai perjuangan dan pemikiran para ulama Nusantara terutama kiai Abdurrahman wahid yang biasa di sebut " Gusdur.
  Ziarah wali d1harapkan juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu para murid, untuk senantiasa belajar dan menuntut ilmu, mempelajari apa yang telah dilahirkan dan diwariskan oleh para wali agar kebaikan dan contoh yang telah ditunaikan dapat tercermin dalam kehidupan berdampingan.
   Selain berziarah ke makam para wali, Gusdurian Malang juga sowan ke rumah Gus Aan Anshori (Koordinator jaringan Gusdurian Jatim) dan Gus Roy Murtadho (Editor Islam Bergerak) untuk berdoa dan bersapa dengan para pejuang perdamaian.
Hingga akhirnya, ziarah dapat dimaknai lebih lanjut, selain sebagai usaha berkirim doa, ziarah juga merupakan wujud melawan lupa: lupa sejarah dan lupa akhirat.
Wallahu a’lam bishawab.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ziarah: Melawan Lupa"

Posting Komentar