INDONESIA TUMPAH DARAH
Oleh: KH. M. Abdul Ghufron Al Bantani
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh;
Salam Sejahtera
Rahayu
Indonesia Tanah Airku, Tanah tumpah dararahku, Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku, Indonesia kebangsaanku bangsa dan tanah airku, marilah kita berseru Indonesia bersatu, hiduplah Tanahku, hiduplah negeriku, Bangsaku, Rakyatku semuanya, Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, untuk Indonesia Raya, Indonesia Raya merdeka-merdeka Tanahku. Negeriku yang ku Cinta, Indonesia Raya merdeka-merdeka hiduplah Indonesia Raya. Itulah semboyan lagu kebangsaan Negara Indonesia. Dengan rasa bangga, seluruh penjuru Nusantara dari Sabang sampai Merauke menyanyikannya sebagai bukti semangat perjuangan para leluhur yang telah berkorban jiwa, raga dan nyawa, Tumpah Darah, tidak kenal lelah demi Indonesia merdeka. Marilah kita bangun benar-benar Jiwa dan Badan bangsa Indonesia dengan tekad dan pengorbanan. Jangan pernah takut dengan bangsa lain. Karena laluhur kita tidak ada yang penakut seperti halnya para Raja-raja yang kita kenal seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Mataram, kerajaan Singosari, kerajaan Pajajaran, dan kerajaan kerajaan lainnya.
Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain. Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya Negara bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan diri pada agama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai agama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus arus reformasi.
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika
menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe,ing ngarso sun tulodho,ing madyo mangun karso,tut wuri handayani, jer basuki mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar insya Allah, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
Wahai Saudara-Saudaraku sebangsa dan setanah air, berpedomanlah dengan Pancasila dan Merah Putih, janganlah mundur dari perjuangan, tetap maju dengan penuh keyakian demi Negeri yang tercinta ini, karena hanya dengan keyakinan dan tekad yang kuat bangsa ini mencapai kemerdekaan, kita sebagai Rakyat Indonesia harus menyadari, bahwa hidup itu adalah perjuangan. Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya:”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”(Q.S. Al ‘Ankabut:69)
Didalam kitab Hadits Shohih Bukhori hadits yang ke 2786.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ : اَخْبَرْنَا شُعَيْبٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ : حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيْدَ اللَّيْثِي : اَنَّ أَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ : قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ ، اَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ). قَالُوْا : ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : (مُؤْمِنٌ فِى شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ ، يَتَّقِى اللهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ). اخرجه مسلم.
Artinya : Telah bercerita kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az-Zuhri berkata : telah bercerita kepadaku 'Atha' Bin Yazid Al-Laitsi bahwa Abu Sa'id Al-Khudri ra. bercerita kepadanya : Rasulullah SAW. pernah ditanya oleh para sahabat : siapakah manusia yang paling utama ? maka Rasulullah menjawab : seorang mukmin yang berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi : kemudian siapa lagi ? Beliau menjawab : seorang mukmin yang tinggal di antara bukit dari suatu pegunungan dengan bertakwa kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya. (Shahih Bukhari 2786)
Salam Jiwa NKRI
Salam Jiwa Merah Putih
Salam Jiwa Pancasila
Salam Jiwa Bhinneka Tunggal Ika
Salam Jiwa Rakyat Indonesia
Salam Jiwa Lintas Agama
Salam Jiwa Angkatan Darat (AD)
Salam Jiwa Angkatan Laut (AL)
Salam Jiwa Angkatan Udara (AU)
Salam Jiwa Polisi
Salam Jiwa Rindu Ghufron
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh;
Salam Sejahtera
Rahayu

Malang, Selasa, 12 Maret 2019
Waktu : 06.11 WIB.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar insya Allah, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
Wahai Saudara-Saudaraku sebangsa dan setanah air, berpedomanlah dengan Pancasila dan Merah Putih, janganlah mundur dari perjuangan, tetap maju dengan penuh keyakian demi Negeri yang tercinta ini, karena hanya dengan keyakinan dan tekad yang kuat bangsa ini mencapai kemerdekaan, kita sebagai Rakyat Indonesia harus menyadari, bahwa hidup itu adalah perjuangan. Sebagaimana firman Allah SWT.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا قلى وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْن 69
Didalam kitab Hadits Shohih Bukhori hadits yang ke 2786.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ : اَخْبَرْنَا شُعَيْبٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ : حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيْدَ اللَّيْثِي : اَنَّ أَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ : قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ ، اَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ). قَالُوْا : ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : (مُؤْمِنٌ فِى شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ ، يَتَّقِى اللهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ). اخرجه مسلم.
Artinya : Telah bercerita kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az-Zuhri berkata : telah bercerita kepadaku 'Atha' Bin Yazid Al-Laitsi bahwa Abu Sa'id Al-Khudri ra. bercerita kepadanya : Rasulullah SAW. pernah ditanya oleh para sahabat : siapakah manusia yang paling utama ? maka Rasulullah menjawab : seorang mukmin yang berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi : kemudian siapa lagi ? Beliau menjawab : seorang mukmin yang tinggal di antara bukit dari suatu pegunungan dengan bertakwa kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya. (Shahih Bukhari 2786)
Salam Jiwa NKRI
Salam Jiwa Merah Putih
Salam Jiwa Pancasila
Salam Jiwa Bhinneka Tunggal Ika
Salam Jiwa Rakyat Indonesia
Salam Jiwa Lintas Agama
Salam Jiwa Angkatan Darat (AD)
Salam Jiwa Angkatan Laut (AL)
Salam Jiwa Angkatan Udara (AU)
Salam Jiwa Polisi
Salam Jiwa Rindu Ghufron
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh;
Salam Sejahtera
Rahayu

Malang, Selasa, 12 Maret 2019
Waktu : 06.11 WIB.
0 Response to "INDONESIA TUMPAH DARAH"
Posting Komentar