MusliModerat.net - Ketika Pak Mentri Agama diminta untuk mengisi orasi di acara bela Palestina, beliau dibully bahkan ada yang teriak turun. Tetapi beliau tetap tidak menggubris, apalagi membalas, beliaupun sama sekali tidak mencaci apalagi memaki.
Dengan diam-nya beliau, beliau malah menang banyak. Diantaranya ;
Pertama; beliau mengamalkan kaidah yang menyatakan bahwa orang yang membalas cacian dan makian orang lain, kedudukannya adalah sama, sama-sama tukang caci maki. (Dauh Imam Syafi'i)
Dalam hal ini beliau selamat dari hadist ;
سباب المسلم فسوق، وقتله كفر
Artinya : mencaci-maki muslim itu fasik, dan membunuh muslim itu Kafir.
Kedua; expresi beliau datar, menunduk dan tak ada sikap (body language) merasa benar sendiri. Dalam artian beliau sama sekali tidak berprasangka buruk (ini dalam konteks dhohir, untuk urusan hati only God Knows).
Maka dalam hal ini beliau terlepas dari dosa jeleknya berprasangka buruk yang Allah sebutkan dalam Al-Qur'an;
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain........" (QS. Al-Hujraat : 12)
Ketiga; beliau tidak menampakkan kemarahan atau ketidak sukaan, sehingga seharusnya beliau berpaling. Ternyata beliau tetap merasa tidak berhak untuk marah, karna didepannya dia anggap juga sebagai Muslim. Bukankah marah terhadap muslim adalah kejelekan.
Dalam hal ini beliau masuk katagori orang yang kuat, sebagaimana hadist nabi No 5649, dalam Shohih Muslim ;
ليس الشديد بالصرعة، انما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب
Artinya : tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah.
Nah, sekarang siapa yang patut dicontoh dan siapa yang tidak, kan sudah jelas. Tentu saja bukan orang yang pandai caci maki, di acara maulid nabi atau ketika saudara muslim dibully dia malah ketawa sambil melambai-lambai. Atau para pembawa bendera dan panji Rasulullah dengan sambil-lalu mencaci-maki orang lain.
Pak Mentri Kau menang Banyak
Oleh: Abdul syakur
Dengan diam-nya beliau, beliau malah menang banyak. Diantaranya ;
Pertama; beliau mengamalkan kaidah yang menyatakan bahwa orang yang membalas cacian dan makian orang lain, kedudukannya adalah sama, sama-sama tukang caci maki. (Dauh Imam Syafi'i)
Dalam hal ini beliau selamat dari hadist ;
سباب المسلم فسوق، وقتله كفر
Artinya : mencaci-maki muslim itu fasik, dan membunuh muslim itu Kafir.
Kedua; expresi beliau datar, menunduk dan tak ada sikap (body language) merasa benar sendiri. Dalam artian beliau sama sekali tidak berprasangka buruk (ini dalam konteks dhohir, untuk urusan hati only God Knows).
Maka dalam hal ini beliau terlepas dari dosa jeleknya berprasangka buruk yang Allah sebutkan dalam Al-Qur'an;
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain........" (QS. Al-Hujraat : 12)
Ketiga; beliau tidak menampakkan kemarahan atau ketidak sukaan, sehingga seharusnya beliau berpaling. Ternyata beliau tetap merasa tidak berhak untuk marah, karna didepannya dia anggap juga sebagai Muslim. Bukankah marah terhadap muslim adalah kejelekan.
Dalam hal ini beliau masuk katagori orang yang kuat, sebagaimana hadist nabi No 5649, dalam Shohih Muslim ;
ليس الشديد بالصرعة، انما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب
Artinya : tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah.
Nah, sekarang siapa yang patut dicontoh dan siapa yang tidak, kan sudah jelas. Tentu saja bukan orang yang pandai caci maki, di acara maulid nabi atau ketika saudara muslim dibully dia malah ketawa sambil melambai-lambai. Atau para pembawa bendera dan panji Rasulullah dengan sambil-lalu mencaci-maki orang lain.
Pak Mentri Kau menang Banyak
Oleh: Abdul syakur
0 Response to "Sabar saat Dicaci Maki, Pak Menag Menang Banyak"
Posting Komentar