MusliModerat.net - KH Dr Abdul Muqsith Ghazali menjelaskan bahwa Pancasila adalah konsep yang disarikan dari ajaran Islam. Hal ini disampaikan di depan ratusan Kader Ansor dan Banser dalam Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) dan Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) yang dilaksanakan di Yayasan Ar-Rosyid, Desa Antibar Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimatan Barat, Kamis (14/12/2017).
Alumnus S3 UIN Jakarta ini bercerita bahwa sejak Munas NU 1983 di Situbondo, bagi NU, NKRI sudah final. Itulah sebabnya, sehingga apapun yang mengancam keutuhan NKRI, akan berhadapan dengan NU.
Lebih lanjut, tokoh muda NU yang saat ini dipercaya sebagai Wakil Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU ini menjelaskan bahwa posisi NU tidak dalam menolak atau menerima Pancasila, karena justru NU termasuk bagian dari perancang Pancasila.
“Ada tiga kelompok dalam menyikapi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pertama, mereka yang mengatakan Pancasila tukhalifus syari`ah (menyalahi syariah). Kedua, mereka yang berpendapat Pancasila tuwafiqus syari`ah (bersesuaian dengan syari’ah). Ketiga, yang berpendapat Pancasila as-syari`atu biainiha (Pancasila adalah syariah itu sendiri),” jelas intelektual yang juga merupakan peneliti di Wahid Institute ini.
Ia menjelaskan, Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan yang ada dalam Pancasila adalah saripati ajaran Islam.
Ia juga menyampaikan bahwa NU identik dengan Indonesia. “PBNU, P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, U=UUD ’45,” jelasnya dengan bahasa guyon, tapi mengena.
Hadir dalam acara tersebut Hj. Erlina Ria Norsan yang mewakili Bupati Mempawah, yang notabene Pembina Muslimat NU Mempawah. Hadir juga sahabat Rajuini, Ketua PC GP Ansor Mempawah yang mengobarkan semangat peserta PKL dan Susbalan dengan yel-yel di awal sambutannya.
Sementara itu, M Nurdin, Ketua PW GP Ansor Kalbar dalam sambutannya mengatakan, materi yang disampaikan Muqsith setara dengan kuliah 10 SKS. “Jadi, yang tidak kuliah karena ikut acara hari ini, tidak rugi. Karena pematerinya seorang doktor. Sama dengan 10 SKS. Skripsi saja hanya 6 SKS,” begitu ia meyakinkan dengan disambut riuh aplaus peserta PKL dan Susbalan. (Faisol/duta.co)
Alumnus S3 UIN Jakarta ini bercerita bahwa sejak Munas NU 1983 di Situbondo, bagi NU, NKRI sudah final. Itulah sebabnya, sehingga apapun yang mengancam keutuhan NKRI, akan berhadapan dengan NU.
Lebih lanjut, tokoh muda NU yang saat ini dipercaya sebagai Wakil Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU ini menjelaskan bahwa posisi NU tidak dalam menolak atau menerima Pancasila, karena justru NU termasuk bagian dari perancang Pancasila.
“Ada tiga kelompok dalam menyikapi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pertama, mereka yang mengatakan Pancasila tukhalifus syari`ah (menyalahi syariah). Kedua, mereka yang berpendapat Pancasila tuwafiqus syari`ah (bersesuaian dengan syari’ah). Ketiga, yang berpendapat Pancasila as-syari`atu biainiha (Pancasila adalah syariah itu sendiri),” jelas intelektual yang juga merupakan peneliti di Wahid Institute ini.
Ia menjelaskan, Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan yang ada dalam Pancasila adalah saripati ajaran Islam.
Ia juga menyampaikan bahwa NU identik dengan Indonesia. “PBNU, P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, U=UUD ’45,” jelasnya dengan bahasa guyon, tapi mengena.
Hadir dalam acara tersebut Hj. Erlina Ria Norsan yang mewakili Bupati Mempawah, yang notabene Pembina Muslimat NU Mempawah. Hadir juga sahabat Rajuini, Ketua PC GP Ansor Mempawah yang mengobarkan semangat peserta PKL dan Susbalan dengan yel-yel di awal sambutannya.
Sementara itu, M Nurdin, Ketua PW GP Ansor Kalbar dalam sambutannya mengatakan, materi yang disampaikan Muqsith setara dengan kuliah 10 SKS. “Jadi, yang tidak kuliah karena ikut acara hari ini, tidak rugi. Karena pematerinya seorang doktor. Sama dengan 10 SKS. Skripsi saja hanya 6 SKS,” begitu ia meyakinkan dengan disambut riuh aplaus peserta PKL dan Susbalan. (Faisol/duta.co)
0 Response to "Mengapa NU ‘Sensitif’ Soal NKRI? KH Abdul Muqsith: NU itu Bagian dari Perancang Pancasila"
Posting Komentar