MusliModerat.net - Sehari sebelum deklarasi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menelpon Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud. Selama pembicaraan, mereka membicarakan soal hubungan bilateral kedua negara, juga sejumlah perkembangan terkini tentang isu regional dan internasional.
Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan mitra kuat Amerika Serikat. Pada 20 Mei 2017 lalu keduanya menjalin kerja sama bidang pertahanan dan bisnis dengan nominal USD150 miliar atau setara dengan sekitar Rp1.999 triliun. Penandatanganan ini merupakan upaya diversifikasi ekonomi dalam menunjang Visi Arab Saudi 2030.
Kabar tentang komunikasi Trump dan Raja Salman itu diungkap kantor berita Arab Saudi, SPA, Selasa (5/12).
Saat menyinggung rencana AS mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Raja Saudi mengingatkan tentang bahaya keputusan ini terhadap proses perundingan damai. Menurutnya, deklarasi tersebut akan meningkatkan ketegangan di wilayah itu.
Menurut Raja Salman, pengakuan sepihak atas Yerusalem dan relokasi kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan provokasi mencolok bagi umat Islam di seluruh dunia, mengingat posisinya yang spesial, misalnya karena keberadaan Masjid Al Aqsha dan secara historis jadi kiblat pertama.
Rabu (6/12), Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan pengakuan negaranya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memerintahkan kedutaan besarnya pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kebijakan ini menimbulkan kecaman regional dan internasional. Trump dinilai gegabah, provokatif, bahkan melanggar hak asasi manusia (HAM) dan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Red: Mahbib/NU Online)
Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan mitra kuat Amerika Serikat. Pada 20 Mei 2017 lalu keduanya menjalin kerja sama bidang pertahanan dan bisnis dengan nominal USD150 miliar atau setara dengan sekitar Rp1.999 triliun. Penandatanganan ini merupakan upaya diversifikasi ekonomi dalam menunjang Visi Arab Saudi 2030.
Kabar tentang komunikasi Trump dan Raja Salman itu diungkap kantor berita Arab Saudi, SPA, Selasa (5/12).
Saat menyinggung rencana AS mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Raja Saudi mengingatkan tentang bahaya keputusan ini terhadap proses perundingan damai. Menurutnya, deklarasi tersebut akan meningkatkan ketegangan di wilayah itu.
Menurut Raja Salman, pengakuan sepihak atas Yerusalem dan relokasi kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan provokasi mencolok bagi umat Islam di seluruh dunia, mengingat posisinya yang spesial, misalnya karena keberadaan Masjid Al Aqsha dan secara historis jadi kiblat pertama.
Rabu (6/12), Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan pengakuan negaranya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memerintahkan kedutaan besarnya pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kebijakan ini menimbulkan kecaman regional dan internasional. Trump dinilai gegabah, provokatif, bahkan melanggar hak asasi manusia (HAM) dan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Red: Mahbib/NU Online)
0 Response to "Jelang Deklarasi soal Yerusalem, Donald Trump Telepon Raja Saudi"
Posting Komentar