MusliModerat.net - Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) H Z Arifin Junaidi meminta Penerbit Yudhistira yang menerbitkan buku Sekolah Dasar (SD) pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel, bukan Palestina untuk segera menarik kembali buku yang sudah beredar di masyarakat.
“Saya minta semuanya (buku IPS terbutan Yudhistira yang sebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel) ditarik semua dan diperbaiki,” kata H Arifin kepada NU Online, Selasa (12/12).
Menurut dia, apa yang tertera dalam buku tersebut bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia. Sejak dulu Indonesia tegas menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi ini, termasuk penjajahan dan pendudukan Israel atas Palestina.
H Arifin meminta pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah tegas terkait dengan kecerobohan fatal yang dilakukan Penerbit Yudhistira. Bahkan, kalau perlu dijatuhi sanksi agar tidak terulang kembali.
“Pemerintah harus mengambil langkah tegas,” tegasnya.
Dia juga menyesalkan kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yang meloloskan buku tersebut sehingga beredar bebas di masyarakat. Kemendikbud seharusnya lebih teliti dalam hal-hal yang bersifat sensitif seperti ini.
“Ada bagian sendiri di Kemendikbud yang mengurusi buku sekolah. Bagaimana bisa itu diloloskan,” ucapnya.
Buku pelajaran sekolah, lanjutnya, harus ditulis orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Banyak kesalahan dan ketidak akuratan data di buku sekolah karena disebabkan penulisnya yang tidak kompeten dan mengambil data dari internet yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
“Kesalahan juga karena penulisan buku banyak yang diproyekkan,” tambahnya.
“Kami akan mengirim surat kepada pemerintah agar buku tersebut segera ditarik,” tukasnya.
Di dunia maya, buku pelajaran IPS Kelas 6 SD yang diterbitkan oleh penerbit PT Yudhistira menjadi viral karena menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Muchlishon Rochmat/NU Online)
“Saya minta semuanya (buku IPS terbutan Yudhistira yang sebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel) ditarik semua dan diperbaiki,” kata H Arifin kepada NU Online, Selasa (12/12).
Menurut dia, apa yang tertera dalam buku tersebut bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia. Sejak dulu Indonesia tegas menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi ini, termasuk penjajahan dan pendudukan Israel atas Palestina.
H Arifin meminta pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah tegas terkait dengan kecerobohan fatal yang dilakukan Penerbit Yudhistira. Bahkan, kalau perlu dijatuhi sanksi agar tidak terulang kembali.
“Pemerintah harus mengambil langkah tegas,” tegasnya.
Dia juga menyesalkan kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yang meloloskan buku tersebut sehingga beredar bebas di masyarakat. Kemendikbud seharusnya lebih teliti dalam hal-hal yang bersifat sensitif seperti ini.
“Ada bagian sendiri di Kemendikbud yang mengurusi buku sekolah. Bagaimana bisa itu diloloskan,” ucapnya.
Buku pelajaran sekolah, lanjutnya, harus ditulis orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Banyak kesalahan dan ketidak akuratan data di buku sekolah karena disebabkan penulisnya yang tidak kompeten dan mengambil data dari internet yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
“Kesalahan juga karena penulisan buku banyak yang diproyekkan,” tambahnya.
“Kami akan mengirim surat kepada pemerintah agar buku tersebut segera ditarik,” tukasnya.
Di dunia maya, buku pelajaran IPS Kelas 6 SD yang diterbitkan oleh penerbit PT Yudhistira menjadi viral karena menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Muchlishon Rochmat/NU Online)
0 Response to "Buku SD Sebut Yerusalam Ibu Kota Israel, PBNU: Harus Diambil Langkah Tegas"
Posting Komentar