Jangan Hanya Ikutan Tren Hafal Al-Qur'an, tapi Harus Ngaji Syariat di Pesantren

MusliModerat.net - "Untuk anak usia remaja, misal lulusan SD, cocoknya mondok di pesantren yang bagaimana, Pak?"
"Kalau bisa di tempat yang bisa intensif berinteraksi dengan kiainya. Sebab usia segitu masih sangat butuh sosok orang tua sebagai panutan."
"Kalau tentang tren tahfizh Quran untuk anak-anak belakangan ini bagaimana, Pak?"
"Gimana ya. Kalau dulu, di tradisi pesantren kita, memang hifzhul Quran itu jadi puncak perjalanan keilmuan ketika seorang santri sudah melalang ngaji dimana-mana. Misalnya Mbah Munawwir, Mbah Arwani, Mbah Mufid, jadi ya ampuh betul. Termasuk di pondok kita ini, coba sebutkan satu saja alumni yang ngapalin tanpa modal ilmu? Semua pernah mondok kitab dulu sebelumnya. Tapi ya jaman sudah berubah,"
"Alasannya melihat banyaknya ulama salaf yang sudah hapal Quran sejak usia belia Pak,"
"Lha 'kan kemudian beliau-beliau lanjut ngaji, sehingga jadi sosok-sosok besar yang kita kenal saat ini. Lagipula 'kan tidak semuanya, itu berlaku di lingkungan yang memang sarat dengan nuansa ilmu."
"Lalu gimana dengan tren sekarang ini?"
"Ya pokoknya bagaimana agar proses ngaji bisa diutamakan juga selain ngapal. Anak-anak yang tahfizh itu jangan berhenti di situ, harus lanjut ngaji ilmu-ilmu syariat mulai dari dasar. Orang tuanya juga harus memahami itu, jangan sampai hanya kebawa tren saja kemudian menuntut anaknya biar ikut hapal. Yang dikuatirkan adalah ketika masih belia sudah khatam hapal Quran, kemudian dianggap sudah sampai puncak. Apalagi kalau sudah terlanjur tenar, terkenal, sibuk, diundang kesana kemari. Akhirnya nggak lagi sempat buat ngaji."
"Sebagai orang yang pernah sekolah di lembaga pendidikan umum, ngaji di madrasah, mampir di majlis-majlis taklim, ikut-ikutan liqo, kemudian pernah juga di perguruan tinggi model akademi, lalu di universitas, juga ngalami jadi santri. Saya menyimpulkan bahwa mondok di pesantren adalah yang paling efektif Pak,"
"Dari sisi apanya?"
"Ya efektivitas pengajaran dan pola pendidikan,"
"Pola semacam itu apa bisa diterapkan di wilayah keilmuan non-syariah, semisal sains?"
"Mustinya bisa, Pak. Asalkan fokus. Problemnya di lembaga-lembaga kita memang ketidakfokusan. Terlalu banyak cabang ilmu berbeda yang dipelajari sehingga malah jadi beban belajar, bukan sesuatu yang dinikmati. Tapi saya rasa, hal yang paling utama dari pesantren adalah pemapanan ilmu alat lahir dan batin, Pak. Ilmu alat lahir berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan pola pikir yang dipakai secara aplikatif dalam mengupas ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan ilmu alat batin ya berupa bekal mental spiritual dari guru yang tidak didapatkan di kitab-kitab, untuk menghadapi kehidupan riil di masyarakat. Saya rasa mondok jadi keharusan buat anak-anak saya mbesok, tentu dengan cara bagaimana anak-anak mau mondok sebab dorongan dari diri sendiri, bukan sebab dipaksa. Gimana menurut Njenengan?"
"Ya sepakat. Pesantren adalah model lingkungan pendidikan yang sangat baik, meskipun tak berarti terlepas dari kekurangan yang butuh perbaikan."
_________
Krapyak, Malem Jumat 3 Dzulhijjah 1438

Dishare dari Zia Ul Haq

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jangan Hanya Ikutan Tren Hafal Al-Qur'an, tapi Harus Ngaji Syariat di Pesantren"

Posting Komentar