AFFANDI : SANG MAESTRO LEKRA



Oleh : haris elmahdi

Tepat di depan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berdiri sebuah bangunan berlabel Museum Affandi. Ada empat galeri dalam museum itu. Galeri satu dan dia memajang karya-karya Affandi, termasuk beberapa sketsa.

Tercatat, Affandi Koesoema telah menghasilkan lebih dari 2000 lukisan. Apa yang tersaji dalam Museum Affandi adalah sedikit dari karya Affandi yang tersisa.

Pada masa hidupnya, Affandi pernah tergabung menjadi anggota Konstituante dari golongan orang tak berpartai atas usul PKI. Pernah pula menduduki sebagai anggota akademi HAM, komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI, Florence Italia.

Dalam ranah kebudayaan, Affandi tergabung dalam Kelompok Lima Bandung, wadah bagi pada seniman berkumpul dan saling belajat. Kelak, Bandung menjadi barometer perkembangan seni rupa dan lukis di Indonesia, yang menghasilkan aliran teori tersendiri, disebut "Madzab Bandung".

Di luar itu, Affandi juga menjadi anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA). Posisi Affandi cukup mentereng di LEKRA yakni termasuk dalam struktur Pimpinan Pusat LEKRA divisi seni rupa. LEKRA merupakan organisasi kebudayaan independen pada masa Orde Lama yang sering dituduh berafiliasi ke PKI.

Sayang, Museum Affandi tidak menarasikan kerja-kerja Affandi di luar Seni Lukis. Museum "hanya" memajang deretan karya seni lukis Affandi.

Ada tiga fase utama proses Affandi dalam berkarya, yakni fase naturals, impresionis, dan Ekspresionis. Belakangan, Affandi dikenal dunia Internasional sebagai maestro ekspresionis.

Sebuah gambar, yang saya ambil dari Museum Affandi merupakan titik awal Affandi menapaki jalan sebagai pelukis Ekspresionis. Lukisan itu dilukis di London dengan mengambil model Anya Bostock, perempuan Rusia yang menjadi kekasih John Berger, seorang kurator seni dari British Museum. John Berger juga sekaligus kritikus karya-karya Affandi.

Karya-karya Affandi sebagian besar mengilustrasikan manusia secara detail dan apa adanya, yang merupakan ekspresi perasaan Affandi saat melihat subyek yang dilukis. Lukisan yang diberi judul "Perempuan Telanjang Duduk" merefleksikan kedetilan dan ke-apa-ada-nya Affandi dalam melukis. Affandi tidak mengumbar eksotisme perempuan, tetapi melukis perempuan telanjang dengan membiarkan kerutan lemak, perut buncit, badan bungkuk, dan kulit keriput. Affandi melihat manusia (perempuan) secara alamiah. Ia tidak mengimajinasikan perempuan dengan segala kemolekannya.

Pendek kata, dalam berkarya, Affandi lebih mengutamaka "keaslian" subyek. Pun, dalam kesehariannya, Affandi juga sangat mencintai alam, tumbuh-tumbuhan dan fauna. Galeri Museum Affandi yang dirancang sendiri oleh Affandi terinspirasi dari daun pisang. Pohon pisang, dulu, memang tumbuh subur di sekitar rumah Affandi. Alam bagi Affandi adalah refleksi dari kejujuran.

Jika pada ranah karya sastra, LEKRA melahirkan Pramoedya Ananta Toer yang nyaris mendapat hadiah nobel, maka dalam ranah seni lukis, LEKRA melahirkan Affandi, seorang maestro yang mendunia, yang sekaligus pegiat Hak Azasi Manusia..

Haris El Mahdi
FB@ Haris El Mahdi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AFFANDI : SANG MAESTRO LEKRA"

Posting Komentar